Tentang Zakat

#ARiotAndChaosOfIndonesianMajority

Yang lain sedang ribut mau nglengserin Abu Gibran Joko Widodo,
Yang lain sedang ribut heboh ISIS,
Yang lain sedang ribut pro kontra blow up status lama,
Yang lain sedang eneg ame brita politik,

Hah, ane mau mbahas zakat aja lah sape tau jadi amal jariyah buat ane yg dikit amal, moga juga jadi amal jariyah buat yg laen.
Cekibrot broh..

Semalem ane ngobrol ganteng ame senior salafi. Ngobrolin golongan darah, eh jadi bablas ke masalah zakat.
#Satu
Kalo menurut penuturannya sih, kalo muslim misal punya kewajiban pajak Rp 1juta, dan sudah membayar zakat sebesar Rp 500k, membayar pajaknya tinggal dibayarkan sejumlah sisanya, yaitu Rp 500k. Tapi katanya beliau masih coba klarifikasi lagi sih.
#Dua
Soalnya sependek pengetahuan ane, di Endonesah itu muslim sebagai pihak tertindas dengan seperangkat UU negara yg hukum buatan manusia.
Gimana enggak, muslim adalah wajib pajak (NPWP) juga wajib Zakat (Muzakki). Implikasi nya, muslim mempunyai kewajiban mengekuarkan dana sebanyak 2 bentuk, pajak & zakat. Sedangkan disisi lain, menurut syariah Islam, seorang muslim hanya ditarik harta melalui zakat sesuai dengan syarat & ketentuannya, tanpa ditarik pajak, dan non muslim mendapat 3 bagian dari penarikan harta, yaitu #Jizyah (pajak dari non muslim yg tinggal di negeri Islam), #Kharaj (Semacam Pajak Bumi/ Lahan produktif), #Usyr & #Nisful Usyr (Pajak perdagangan/ bea cukai). Nah, gandeng, negara kita nggak pake syariah Islam. Akhirnya:
1. Muslim: bayar Pajak & Zakat
2. Non Muslim: cuma bayar pajak
Padahal seharusnya:
1. Muslim: Zakat
2. Non Muslim: Jizyah, Kharaj, Usyr & Nisful Usyr.

Dzalim? Jelas, karena hukum Indonesia buatan manusia. Ini bukan sekedar statemen saya, tapi ulama sekelas Buya Hamka pun menentang hukum UU yang berlandaskan selain Al Quran dan As Sunnah, bahkan beliau berkata dengan lantang tanpa tedeng aling-aling dalam Sidang Majlis Konstituante, “Bila negara kita ini mengambil dasar negara berdasarkan Pancasila, sama saja kita menuju jalan ke neraka!”
Masya Allah, apa sekarang ada ulama terkenal yang berani demikian?
#Tiga
Namun terlepas dari itu, hendaknya kita lebih utamakan membayar zakat daripada membayar pajak, sebab membayar zakat adalah kewajiban bagi muslim yang mampu, jika tak membayar neraka ancamannya. Sedangkan pajak ancamannya hanya penjara, dan tidak ada dalil dari Al Quran dan As Sunnah.
#Empat
Kemaren saya sempet googling harga emas, hari ini, emas seharga Rp 496.963 / gram dan perak Rp 11.700,-/gram. Kenapa kok ane sebut emas dan perak?
Karena itulah sumber qias nishob untuk harta.
Emas: 20 Dinar= 85 gram
Perak: 200 Dirham= 595 gram
#Lima
Untuk karyawan, yang gajinya tetap setiap bulannya. Bisa dikatakan Wajib Zakat jika gajinya #diatas Rp 3.520.154,- karena nishob (batasan wajib) adalah Rp 3.520.154,- x 12 Bulan= Rp 42.241.855,-
Maka #zakatnya adalah: nishob x 2,5 %= Rp 1.056.046,-
Itu jika memakai nishob yg dikiaskan ke emas.

Namun ada pula yg mengqiaskan / analogikan nishob ke perak.
Maka, karyawan yang gajinya di atas Rp 580.125,-
Rincian:
Nishob perak: 595 gram X Rp 11.700,- = Rp 6.961.500,-
Yang wajib zakat yg gajinya diatas: Rp 6.961.500,- / 12 bulan= Rp 580.125,-
#Bulan yang dipakai adalah Qomariah, bukan Syamsiyah (Januari, Februari, dst)


Karena ada pendapat yang mengqiaskan nishob ke perak dan emas.
Maka menurut beberapa ulama dan ustadz, dipilih yang lebih membawa manfaat bagi umat Islam. Sehingga banyak yg memilih nishob perak, maka yg memiliki gaji diatas 500rb bisa segera menunaikan zakat agar saudaranya terbantu. Kenapa kok diatas 580rb?
Jadi 580rb adalah yg ditabung setiap bulannya, maka silahkan disesuaikan dengan pengeluaran rumah tangga seperlunya.

#semoga bermanfaat
#silahkan koreksi jika terdapat kesalahan